a short story from Ma Fuja
“Aku gatau gimana
ceritanya kalian bisa pacaran terus sekarang menikah,”
Aku memandang Raya, perempuan bertubuh mungil yang
seminggu lalu sudah resmi menjadi adik iparku. Kini berganti memandangi sosok
Rudy yang sejak 1 tahun lalu menjadi kekasihku dan resmi menjadi suami sejak
seminggu yang lalu juga.
“Anak kecil fokus
kuliah aja, gausah mikir gimana dulu kita berdua ketemunya,” jelas Rudy sambil
menggenggam jemariku.
Ah iya saat ini kami sedang berada di kafe milik Rudy,
sudah ada sejak kami belum berpacaran dan kini aku ikut ambil bagian dalam
mengurusnya termasuk melayani pelanggannya. Masih pukul tujuh pagi, masih ada
waktu untuk saling bercerita sebelum pukul sembilan.
“Aku beneran penasaran,
Mas Rudy kerjanya tukang masak sementara kak Yian tukang foto gimana ketemunya?” Aku tertawa
lepas saat Raya menambahkan kata ‘tukang’ untuk profesi masing-masing.
Rudy selain memiliki kafe juga merupakan seorang chef di
salah satu hotel bintang lima, sementara Aku sebenarnya adalah seorang
fotografer di sebuah majalah olahraga. Tapi pertemuan antara aku dan Rudy sama
sekali tidak ada hubungannya dengan profesi kami masing-masing.
“Ketemu di minimarket,”
Aku langsung menoleh ke
arah Rudy “sembarangan Kamu,” bantahku sambil membenahi kacamataku.
“Lah iya pertama kali
di situ!” balas Rudy.
“Ngawur, ketemu orang
lain mungkin Kamu.”
“Mbak Yian emang ketemu
Mas Rudy di mana?” tanya Raya.
Aku
menarik nafas lalu bersiap menjelaskannya pada Raya, “jadi sebenernya kita itu
pertama kali ketemu di salah satu stasiun televisi,” tuturku.
~~~
Oktober 2018
“Toilet
di mana sih?” tanyaku pada Ares.
Ares adalah sosok penyanyi masa kini
yang juga adalah sepupuku. Aku mendapat jadwal untuk melakukan sesi photoshoot bersamanya
dan tengah mengatur jadwal yang pasti dengan menemuinya di salah satu stasiun
televisi swasta.
“Ayo
gue anter sekalian gue mau ke studio,” ajaknya.
Tanpa memberi jawaban aku mengikutinya begitu saja
dan meninggalkan barang-barangku termasuk kacamataku.
“Kacamata?”
tanyanya.
“Ga
usah sebentar aja kok,” jawabku. “Mas manajer titip bentar ya,” ucapku pada
manajer Ares.
Aku langsung masuk ke dalam toilet
yang ditunjuk oleh Ares dan beberapa saat kemudian langsung keluar dan siap
memaki Ares.
“Ares
sialan! Lo nyuruh gue masuk toilet cowok?!” Aku mengomel pada Ares yang ada di
hadapanku.
“Yian.....”
Mampuslah Aku, suara Ares persis
tepat di belakangku. Aku baru saja mempermalukan diri sendiri di hadapan orang
lain.
“Udah
gue bilang bawa kacamata, udah tau mata lo rabun nyaris buta gitu!” kini Ares
yang gantian mengomeliku.
“Maafin
saya Pak! Saya gatau,Saya kira tadi Ares sepupu Saya,” ucapku sambil memohon minta maaf.
“Pak?!
Yian! Ini Chef Rudy, masih muda udah lo panggil Bapak!” omel Ares lagi sambil
mendesis.
“Gapapa
kok,” ucap lelaki yang ternyata adalah sosok chef terkenal.
Meski tidak bisa melihat jelas kala
itu, Aku bisa merasakan dia tersenyum.
~~~
“Aku penasaran deh
Kamu ketemu siapa di mini market?”
Rudy berbalik dan tersenyum kepadaku, senyumnya sangat
misterius semakin membuat rasa penasaranku semakin membuncah.
“Aku ketemu cewe yang Aku suka,” jawabnya.
“Kamu ketemu mantan
Kamu ya?” tanyaku.
“Kalo iya emang kenapa?”
balasnya.
Aku menarik nafasku dan kemudian melirik helm berwarna
pink yang sangat Ia sayangi, bahkan Aku tidak boleh memakainya.
“Jangan-jangan helm
pink itu dari mantan Kamu ya? Makanya sayang banget gitu?!” omelku.
“Iya, Kamu tenang aja,”
“Tenang gimana? Kamu santai
gitu pake barang dari mantan sementara udah punya istri gini?”
“Mantan Aku itu udah
nikah dan kayanya dia sayang banget sama suaminya,” jawabnya sambil memelukku. “Kamu
sayang Aku kan?” tanyanya.
Aku tidak menjawab pertanyaannya, kulepaskan pelukannya
dan menatapnya dengan senyuman lebar lalu tertawa dan menangis karena terharu.
“Maafin
Aku ya, pernah lupain Kamu,” ucapku lalu menghamburkan wajahku ke dada
bidangnya.
~~~
Juni 2018
Ku parkirkan motor matic
kesayanganku di depan mini market guna berteduh sejenak. Tidak kusangka hujan
malam itu terasa begitu lebat dan Aku juga menyesal tidak memakai lensa
kontakku. Walaupun rumahku hanya berjarak sebentar saja dari mini market tapi
lebatnya hujan membutakan pandanganku.
“Hujan
lebat di sini ..... Aku ga bawa payung, mobil Aku jauh dari Aku ....... mini
market sih cuma kebetulan payungnya habis ....”
Aku melepaskan helmku dan kemudian
menoleh ke arah lelaki yang lebih tinggi dariku, meski Aku tidak bisa melihat
jelas wajahnya tapi sepertinya Ia memiliki paras yang rupawan.
‘Maaf
Saya gak bermaksud ikut campur, tapi Anda bisa kok pakai helm saya sampai
parkiran mobil Anda, nanti saya susul pakai motor Saya,” ucapku setelah lelaki
itu selesai berbicara via ponselnya.
“Kamu
sendiri gimana?” tanyanya.
“Rumah
Saya sebentar aja sampai kok, lagian Saya kan pakai mantel hujan juga,” jawabku
sambil membanggakan mantel kuning kesayanganku.
Ia mengangguk lalu memakai helm
tersebut dan Aku mengikutinya di belakang, Ia menuju mobilnya dan Aku menaiki
motorku. Hujan sudah sedikit reda dan Aku langsung bergegas pulang hingga
melupakan sesuatu.
#Esoknya...
Ternyata Aku melupakan banyak hal,
bertambahnya usia, berkurangnya kualitas penglihatan juga mempengaruhi daya ingatku.
“Mbak
gimana sih, kan udah Aku bilang helm mbak warna biru yang warna pink itu punya
Dara!”
“Kamu
sih tadi malam nyuruh mbak buru-buru pulang!” balasku.
Omelan Rian adikku pagi itu
membuatku sadar akan semuanya kalau Aku melupakan banyak sekali hal. Aku menghilangkan
helm pacar adikku dan Aku harus menggantinya.
Berbulan-bulan
sejak kejadian itu, Aku benar-benar lupa semuanya.
~~~

Komentar
Posting Komentar