Langsung ke konten utama

[CERPEN] -- Memories





a short story from Ma Fuja

November 2019

“Aku gatau gimana ceritanya kalian bisa pacaran terus sekarang menikah,”

            Aku memandang Raya, perempuan bertubuh mungil yang seminggu lalu sudah resmi menjadi adik iparku. Kini berganti memandangi sosok Rudy yang sejak 1 tahun lalu menjadi kekasihku dan resmi menjadi suami sejak seminggu yang lalu juga.

“Anak kecil fokus kuliah aja, gausah mikir gimana dulu kita berdua ketemunya,” jelas Rudy sambil menggenggam jemariku.

        Ah iya saat ini kami sedang berada di kafe milik Rudy, sudah ada sejak kami belum berpacaran dan kini aku ikut ambil bagian dalam mengurusnya termasuk melayani pelanggannya. Masih pukul tujuh pagi, masih ada waktu untuk saling bercerita sebelum pukul sembilan.

“Aku beneran penasaran, Mas Rudy kerjanya tukang masak sementara kak Yian tukang foto gimana ketemunya?” Aku tertawa lepas saat Raya menambahkan kata ‘tukang’ untuk profesi masing-masing.

     Rudy selain memiliki kafe juga merupakan seorang chef di salah satu hotel bintang lima, sementara Aku sebenarnya adalah seorang fotografer di sebuah majalah olahraga. Tapi pertemuan antara aku dan Rudy sama sekali tidak ada hubungannya dengan profesi kami masing-masing.

“Ketemu di minimarket,”

Aku langsung menoleh ke arah Rudy “sembarangan Kamu,” bantahku sambil membenahi kacamataku.

“Lah iya pertama kali di situ!” balas Rudy.

“Ngawur, ketemu orang lain mungkin Kamu.”

“Mbak Yian emang ketemu Mas Rudy di mana?” tanya Raya.

Aku menarik nafas lalu bersiap menjelaskannya pada Raya, “jadi sebenernya kita itu pertama kali ketemu di salah satu stasiun televisi,” tuturku.

~~~
  
Oktober 2018

“Toilet di mana sih?” tanyaku pada Ares.

         Ares adalah sosok penyanyi masa kini yang juga adalah sepupuku. Aku mendapat jadwal untuk melakukan sesi photoshoot bersamanya dan tengah mengatur jadwal yang pasti dengan menemuinya di salah satu stasiun televisi swasta.

“Ayo gue anter sekalian gue mau ke studio,” ajaknya.

   Tanpa memberi jawaban aku mengikutinya begitu saja dan meninggalkan barang-barangku termasuk kacamataku.

“Kacamata?” tanyanya.
“Ga usah sebentar aja kok,” jawabku. “Mas manajer titip bentar ya,” ucapku pada manajer Ares.

    Aku langsung masuk ke dalam toilet yang ditunjuk oleh Ares dan beberapa saat kemudian langsung keluar dan siap memaki Ares.

“Ares sialan! Lo nyuruh gue masuk toilet cowok?!” Aku mengomel pada Ares yang ada di hadapanku.

“Yian.....”

            Mampuslah Aku, suara Ares persis tepat di belakangku. Aku baru saja mempermalukan diri sendiri di hadapan orang lain.

“Udah gue bilang bawa kacamata, udah tau mata lo rabun nyaris buta gitu!” kini Ares yang gantian mengomeliku.

“Maafin saya Pak! Saya gatau,Saya kira tadi Ares sepupu Saya,” ucapku sambil memohon minta maaf.

“Pak?! Yian! Ini Chef Rudy, masih muda udah lo panggil Bapak!” omel Ares lagi sambil mendesis.

“Gapapa kok,” ucap lelaki yang ternyata adalah sosok chef terkenal.

Meski tidak bisa melihat jelas kala itu, Aku bisa merasakan dia tersenyum.

~~~

“Aku penasaran deh Kamu ketemu siapa di mini market?”

       Rudy berbalik dan tersenyum kepadaku, senyumnya sangat misterius semakin membuat rasa penasaranku semakin membuncah.

“Aku ketemu cewe yang Aku suka,” jawabnya.
“Kamu ketemu mantan Kamu ya?” tanyaku.
“Kalo iya emang kenapa?” balasnya.

        Aku menarik nafasku dan kemudian melirik helm berwarna pink yang sangat Ia sayangi, bahkan Aku tidak boleh memakainya.

“Jangan-jangan helm pink itu dari mantan Kamu ya? Makanya sayang banget gitu?!” omelku.
“Iya, Kamu tenang aja,”
“Tenang gimana? Kamu santai gitu pake barang dari mantan sementara udah punya istri gini?”
“Mantan Aku itu udah nikah dan kayanya dia sayang banget sama suaminya,” jawabnya sambil memelukku. “Kamu sayang Aku kan?” tanyanya.

     Aku tidak menjawab pertanyaannya, kulepaskan pelukannya dan menatapnya dengan senyuman lebar lalu tertawa dan menangis karena terharu.

“Maafin Aku ya, pernah lupain Kamu,” ucapku lalu menghamburkan wajahku ke dada bidangnya.

~~~

Juni 2018

       Ku parkirkan motor matic kesayanganku di depan mini market guna berteduh sejenak. Tidak kusangka hujan malam itu terasa begitu lebat dan Aku juga menyesal tidak memakai lensa kontakku. Walaupun rumahku hanya berjarak sebentar saja dari mini market tapi lebatnya hujan membutakan pandanganku.

“Hujan lebat di sini ..... Aku ga bawa payung, mobil Aku jauh dari Aku ....... mini market sih cuma kebetulan payungnya habis ....”

           Aku melepaskan helmku dan kemudian menoleh ke arah lelaki yang lebih tinggi dariku, meski Aku tidak bisa melihat jelas wajahnya tapi sepertinya Ia memiliki paras yang rupawan.

‘Maaf Saya gak bermaksud ikut campur, tapi Anda bisa kok pakai helm saya sampai parkiran mobil Anda, nanti saya susul pakai motor Saya,” ucapku setelah lelaki itu selesai berbicara via ponselnya.
“Kamu sendiri gimana?” tanyanya.
“Rumah Saya sebentar aja sampai kok, lagian Saya kan pakai mantel hujan juga,” jawabku sambil membanggakan mantel kuning kesayanganku.

            Ia mengangguk lalu memakai helm tersebut dan Aku mengikutinya di belakang, Ia menuju mobilnya dan Aku menaiki motorku. Hujan sudah sedikit reda dan Aku langsung bergegas pulang hingga melupakan sesuatu.

#Esoknya...

            Ternyata Aku melupakan banyak hal, bertambahnya usia, berkurangnya kualitas penglihatan  juga mempengaruhi daya ingatku.

“Mbak gimana sih, kan udah Aku bilang helm mbak warna biru yang warna pink itu punya Dara!”
“Kamu sih tadi malam nyuruh mbak buru-buru pulang!” balasku.

            Omelan Rian adikku pagi itu membuatku sadar akan semuanya kalau Aku melupakan banyak sekali hal. Aku menghilangkan helm pacar adikku dan Aku harus menggantinya.

            Berbulan-bulan sejak kejadian itu, Aku benar-benar lupa semuanya.

~~~



Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Day We Parted

                        Perempuan itu menoleh ke belakang, mendapati seorang lelaki tengah berdiri sambil tersenyum. Perlahan perempuan itu mengangkat sedikit gaunnya yang sesekali terinjak kakinya yang belum mengenakan sepatu. “Cantik banget sih?” “Bisa aja lo.” “Tapi serius deh, ga nyangka gue lo cakep kalo dandan kayak gini,” ucap lelaki itu yang perlahan berjalan mendekati sang perempuan yang masih sibuk berkaca ditemani seorang perias. “Mbak Sara, 30 menit lagi saya jemput mbak-nya ya,” ucap sang perias yang berbalas anggukan kepada perempuan bernama Sara itu. Seolah paham, bahwa 2 orang tersebut sedang butuh privasi untuk sementara waktu.             Hanya ada saling pandang dan senyuman yang canggung antara 2 orang tersebut. Padahal 4 tahun harusnya waktu yang lama untuk bisa berhenti canggung satu sama lain. “Secantik itu ya...

My Old Story

  I wrote this story based on my life story. I wrote it while listening to IU's song "My Old Story."             Hanya ada keheningan, seorang wanita paruh baya memandang ke arah 2 orang putrinya. Tatapannya yang lemah itu, pernah berhasil menakuti masa kecil kedua putrinya. Tetapi kini, bahkan tatapan lemah wanita paruh baya itu tak mampu membuat kedua putrinya untuk kembali memandangnya. “Sakila, ibu mohon tinggal sehari dulu ya disini,” ucap wanita paruh baya itu memandang ke salah 1 putrinya yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya. “Ga bisa bu, besok jam 11 aku udah harus flight ke Jakarta ada meeting sama klien,” jawab sang putri yang masih enggan menatap wajah sang Ibu. “Tiketnya apa ga bisa dijadwal ulang?” tanya sang ibu yang kini mendapat tatapan kesal dari sang putri. “Kila bisa batalin tiketnya bu, tapi kesempatan untuk ketemu klien kali ini ga datang 2 kali bu,” jawab Sakila yang berusaha meredam kekesalannya. “Mbak, lo bisa gak s...

Our Unwritten Seoul, Drama Ter-Healing se-2025

Setiap orang hidup dengan luka dan trauma masing-masing. Orangtua, saudara bahkan diri kita sendiri, terkadang masih menyangkal bahwa hidup berjalan baik-baik saja, padahal bagaimana kita menghadapi dan menjalani kehidupan yang seolah baik-baik saja ini malah menunjukkan, bahwa ada beberapa hal yang harus dan perlu dikomunikasikan. Our Unwritten Seoul adalah project drama kesekian milik Park Bo Young sebagai pemeran utama. Mengisahkan tentang sepasang saudara kembar identik, Yu Mi Rae dan Yu Mi Ji. Selayaknya saudara kandung, mereka memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Mi Ji adalah sosok ceria sedangkan Mi Rae memiliki sosok dingin dan dikenal dengan kepintarannya. Drama ini sepenuhnya berfokus dengan kisah Mi Ji selama menggantikan Mi Rae yang bekerja di Seoul. Sayangnya saya malah sangat menyukai dan merasa sangat relate dengan tokoh Mi Rae. Entah karena dia anak sulung atau kehidupannya yang memang terasa sangat nyata bagi saya. Ada masa di mana kita ingin melu...