Setiap orang hidup dengan luka dan trauma
masing-masing. Orangtua, saudara bahkan diri kita sendiri, terkadang masih
menyangkal bahwa hidup berjalan baik-baik saja, padahal bagaimana kita
menghadapi dan menjalani kehidupan yang seolah baik-baik saja ini malah
menunjukkan, bahwa ada beberapa hal yang harus dan perlu dikomunikasikan.
Our Unwritten Seoul adalah project drama kesekian
milik Park Bo Young sebagai pemeran utama. Mengisahkan tentang sepasang saudara
kembar identik, Yu Mi Rae dan Yu Mi Ji. Selayaknya saudara kandung, mereka
memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Mi Ji adalah sosok ceria
sedangkan Mi Rae memiliki sosok dingin dan dikenal dengan kepintarannya.
Drama ini sepenuhnya berfokus dengan kisah Mi Ji
selama menggantikan Mi Rae yang bekerja di Seoul. Sayangnya saya malah sangat
menyukai dan merasa sangat relate
dengan tokoh Mi Rae. Entah karena dia anak sulung atau kehidupannya yang memang
terasa sangat nyata bagi saya.
Ada masa di mana kita ingin melukai diri sendiri agar setidaknya memiliki alasan logis untuk tidak masuk kerja. Lingkungan kerja yang tidak nyaman serta hidup yang menuntut kita untuk menjadi sempurna, padahal bisa bertahan in this economy saja sudah pencapaian luar biasa. Ada masa juga dimana kita nyaman dengan hal yang kita jalani dan menolak untuk menerima perbandingan dari orang lain. Seperti itulah gambaran kenyataan yang dihadapi Mirae dan Miji.
Sebagian orang mungkin akan membenci karakter Ibu
dari Mirae & Miji, jika hanya menonton secuplik adegan saja. Bayangkan, Ibu
macam apa yang tidak bisa mengenali anak sendiri? Si Ibu yang cenderung memihak
Mirae karena menganggapnya sebagai yang paling bisa diandalkan, sementara
selalu mengesampingkan Miji karena dianggap tidak ingin berkembang.
Andai saja kita tahu, Ibu mereka adalah korban dari luka atau trauma masa kecil yang diarahkan oleh Nenek mereka. Anak dari seorang Ibu tunggal yang lari dari sosok suami yang kasar. Kehidupan yang keras kadang kala membentuk benteng anti roboh, dan itu yang dilakukan oleh Ibu Mirae & Miji. Ah mengingat kembali saat scene Nenek sangat khawatir saat si Ibu terluka membuat saya menangis.
Saat Miji yang membuat Ibunya menangis ketika
menjawab bahwa tiada yang lebih penting dari menjaga Nenek dan Ibunya. Miji
sama seperti saya, jauh dari kata-kata dekat dengan Ibu. Jadi saat ada scene
dimana Miji dan Ibunya berdua saja di Seoul menikmati waktu, jujur saja saya
menangis melihatnya. Pada akhirnya Miji dan Mirae memang bertukar posisi, Miji
di Seoul dan Mirae kembali ke kampung halaman.
Permasalahan kantor Mirae menjadi titik dasarnya
untuk menjadi lebih berani dalam mengambil keputusan. Sifat individualis serta
ogah mencampuri urusan orang perlahan meluntur saat dirinya bertemu dengan
sosok Han Sejin. Sosok yang membuatnya percaya bahwa mengambil atau pun tidak mengambil keputusan, tetap ada resiko
yang harus diterima.
Mungkin kalau melihat karakter Han Sejin secara
umum, dia hanyalah sebuah istilah orang kaya gabut. Tapi jika mendalami
karakternya, dia adalah sosok dewasa yang bersembunyi dibalik kelakuan aneh.
Dia bahkan tidak pernah menyebut nama Yu Mi Ji dengan benar, karena tahu bahwa
yang dihadapannya bukanlah Yu Mi Ji.
Dari Mi Ji kita tahu bahwa ada beberapa pintu yang
memang hanya terbuka saat kita sedang tidak berusaha membukanya, segala sesuatu
tidak butuh paksaan, terkadang hanya membutuhkan waktu untuk membuat pintu itu
sedikit longgar agar bisa terbuka. Depresinya selama 3 tahun sejak dokter
memvonis bahwa dirinya tidak akan pernah bisa berlari, mengubur mimpinya secara
paksa sebagai seorang atlet. Rasa frustasi sang Ibu yang cenderung memaksa,
kalah dengan sentuhan dan obrolan hangat sang Nenek.
Dari Mirae kita tahu bahwa tidak apa-apa jika kita
tidak sesuai ekspetasi orang. Terkadang terbiasa menjadi yang terbaik membuat kita
menjadi takut untuk gagal. Yang dibutuhkan oleh karakter seperti Mirae adalah
bertemu dengan sosok seperti Han Sejin. Seseorang yang memastikan, bahwa
kehidupan tetap berjalan meskipun kita sedang gagal.
Kita semua adalah Mirae dan Mi Ji di kehidupan
masing-masing, menjadi lebih baik itu harus, tetapi menjadi yang terbaik kadang
kala tidak selalu baik. Semoga hal-hal baik selalu menyertai kehidupan kita.




Komentar
Posting Komentar