Langsung ke konten utama

MOVIE REVIEW "Fantastic Beast : The Crimes Of Grindelwald"



Fantastic Beast : “The Crimes Of Grindelwald” (Tidak Untuk ‘Muggle/No Maj’)


Movie Tittle          : Fantastic Beast: “The Crimes Of Grindelwald”
Realease Date       : November 16th, 2018
Cast                       : Eddie Redmayne, Katherine Waterson, Dan Fogler, Alison Sudol, Jude Law, Johnny Depp, etc.


Expecto Patronum....

Wingardium Leviousa...

Accio...

Alohomora...

Confundus...

Avada Kadavra...

Deretan mantra sihir di atas adalah deretan mantra yang sering muncul di film Harry Potter setelah resmi usai sejak 2011 lalu. Namun beberapa mantra di atas belakangan sering muncul di spin off film Harry Potter yakni Fantastic Beast. Sejak sukses dengan film pertama yang bertajuk Fantastic Beast : Where To Find Them, kali ini film tersebut kembali muncul sejak akhir perilisan film pertama pada 2016 lalu. Fantastic Beast : The Crimes Of Grindelwald, walau ditunggu oleh banyak orang dan termasuk ke dalam list film populer, nyatanya tak sedikit yang kecewa dengan hasil garapan sutradara terkenal David Yates dan naskah yang ditulis sendiri oleh J.K Rowling.


Nebulus.....
Meminjam mantra Albus Dumbledore untuk membuat tulisan ini hanya dapat dibaca oleh kita ‘berdua’, saya dan kamu para pembaca.

Lumos....

Rasanya sedikit terlambat untuk membahas film ini, di Indonesia sendiri sudah rilis sejak tanggal 16 November 2018 lalu. Sendirinya baru sempat menonton film ini karena baru memiliki waktu yang tepat.



Tepat sekali rasanya jika disamping judul film Fantastic Beast 2 ini diberi judul tambahan dengan tulisan “Pure Blood Only”. ‘Pure Blood’ di sini lebih ditekankan  kepada Potterhead  yang sudah hadir sejak Harry Potter and The Philosopher’s Stone rilis. Kenapa begitu? Karena melalui film ini J.K Rowling seolah hanya ingin menjelaskan asal-usul beberapa tokoh dan sebab-akibat yang sudah muncul sebelumnya di film Harry Potter. Wajar saja jika beberapa penonton (bukan Potterhead, hanya penggemar biasa) yang di sini akan disebut sebagai ‘Muggle/No Maj’ merasa kecewa dengan hasil filmnya, sehingga lain halnya dengan Potterhead.

Cerita bermula ketika beberapa waktu saat Gellert Grindelwald ditahan oleh pihak Magical Congress United States of America (MACUSA), setelah sebelumnya berhasil memporak-porandakan kota New York sehingga kaum No Maj mengetahui eksistensi para penyihir. Namun di Fantastic Beast 2, Grindelwald yang di awal film sudah menunjukkan bahwa dia memang penyihir hebat, berhasil kabur saat hendak dipindahkan dengan bantuan pengikut barunya, Abernathy yang di film sebelumnya juga turut muncul.





Semua Cerita ‘Diaduk’ Menjadi Satu Film      



Dalam seri kedua Fantastic Beast ini ada banyak cerita di dalamnya yang ‘agak’ berhasil dikemas menjadi satu film. Credence Barbone yang di film sebelumnya turut serta memporak-porandakan kota New York hadir kembali dengan kisah dirinya yang penasaran akan asal-usul keluarganya setelah berhasil kabur ke Paris. Gellert Grindelwald yang fokus dengan misinya. Newt Scamander, Tina Goldstein, yang memburu Credence. Tak lupa, tokoh Leta Lestrange dan saudara Newt, Theseus Scamander juga hadir dengan kisah mereka sendiri di film ini. 

Banyaknya kisah yang disajikan membuat film dengan durasi 2 jam lebih tersebut dinilai ‘agak’ berhasil atau ‘sedikit’ mengecewakan para penonton, terkhusus para ‘No Maj/Muggle’. Ada beberapa adegan dan dialog yang tidak begitu penting justru banyak ditampilkan.


Akan lebih baik jika saja ada adegan penjelasan mengenai kenapa justru Theseus yang akan menikahi Leta Lestrange, bukannya Newt. Quennie yang memberikan ramuan cinta kepada Jacob Kowalski juga rasanya tidak bisa dimengerti, mengingat mereka juga sudah saling menyukai di film sebelumnya. Serta bagaimana Credence bisa berteman dengan Nagini, juga tidak dijelaskan.

Plot Twist ala Drama Korea ?

Masih segar di ingatan kita akan kisah seru atau plot twist paling menarik sepanjang masa, saat  Saverus Snape menghembuskan nafas terakhirnya karena dibunuh oleh Nagini. Saverus Snape yang ternyata selama ini sangat ‘menyayangi’ Harry Potter karena terdapat jiwa Ibunya yang pernah dicintai dengan tulus oleh Saverus.

Dalam seri Fantastic Beast kali ini beberapa plot twist menarik disuguhkan, dan memberi kesan kepada beberapa penonton akan plot twist ala sinetron ataupun drama Korea. Contohnya adalah saat Quennie Goldstein yang memilih umtuk menjadi pengikut Grindelwald,  Leta Lestrange yang mengorbankan dirinya serta Credence yang mengira bahwa dirinya adalah salah satu keturunan Lestrange namun ternyata bukan.

Jika melihat judul maka akan membayangkan bagaimana serunya pertarungan sengit antara Newt Scamander dengan Gellert Grindelwald, atau malah sudah berharap bahwa Albus Dumbledore sendiri yang akan melawan Grindelwald. Maka jauhkan semua ekspetasi kalian, sebelum menjadi kecewa.



Grindelwald dari awal hingga akhir film berhasil menguasai screentime. Jangan bayangkan akan kebrutalan Grindelwald seperti di film sebelumnya. Meskipun awal film dinilai sudah sangat mampu meyakinkan bahwa ia adalah penyihir berbahaya, namun setelahnya, sisi jahat dan kemampuan sihir Grindelwald tidak begitu banyak ditampilkan.  Film ini seolah dijadikan babak dimana Grindelwald mengumpulkan sebanyak mungkin pengikutnya dengan tipu dayanya.

Lain halnya dengan Voldemort, di awal kemunculannya setelah berhasil membunuh kedua orangtua Harry, orang-orang sudah takut untuk menyebutkan namanya saja. Sehingga jelas sudah bahwa Voldemort merupakan penyihir berbakat yang berbahaya.

Munculnya Tokoh Baru dan ‘Tokoh Baru yang Lama’

Ada banyak sekali tokoh baru yang beberapa sudah disebut di film sebelumnya, namun baru bisa muncul di film kedua ini. Contohnya saja, Theseus Scamander dan Leta Lestrange, Bunty pengasuh hewan-hewan milik Newt, Yusuf Kama, dan lainnya. Tak lupa, karakter Nagini salah satu Hocrux milik Voldemort yang ternyata merupakan Maledictus cantik juga muncul, sayangnya screentime Nagini yang kehadirannya justru menjadi daya tarik sendiri sangatlah sedikit, seluruh adegannya dihabiskan bersama Credence yang minim dialog. 

Nuansa Hogwarts juga dimunculkan dalam film ini, aluran scoring musik khas sekolah Hogwarts, menggiring kita masuk ke dalamnya menemui Prof. McGonnagall serta Prof. Albus Dumbledore yang saat itu tengah mengajar. Boggart yang di film Harry Potter and The Prisonner Of Azkaban juga turut muncul sehingga membuat ‘Pure Blood’/ Potterhead merasa seperti kembali ke masa lalu. Kehadiran Nicholas Flamel yang sudah lama disebutkan di film Harry Potter and The Philosopher’s Stone juga menjadi daya tarik yang tak disangka-sangka.

Albus Dumbledore digambarkan sudah memiliki pesona tersendiri sejak ia sangat muda, dan Jude Law berhasil memunculkan sisi tersebut. Sepanjang kemunculan Albus Dumbledore tak henti rasanya mengagumi sosok jeniusnya yang sejak dulu sudah dijuluki penyihir terhebat yang pernah ada.

Sedikit kecewa memang kalau Albus muncul tanpa melakukan duel sengit dengan Grindelwald, bahkan Albus sendiri malah menyuruh Newt untuk menghentikan Grindelwald di Paris. Akan ada sedikit penjelasan mengenai hal itu.



Munculnya beberapa tokoh di atas dengan sedikitnya penjelasan justru malah membuat Newt Scamander memiliki screentime yang terbatas. Beruntungnya dia masih berkutat dengan hewan-hewan unik miliknya, terbaru dia berhasil menaklukkan hewan buas seperti Zouwu. Sebenarnya sangat disayangkan sekali peran Newt malah seperti second lead saja, bahkan seperti dibawah Albus Dumbledore, mengingat di seri Fantastic Beast 1 perannya sangat berhasil untuk menguatkan cerita dalam film.

Fantastic Beast 2 kali ini bisa dikatakan terlihat lebih suram, bahkan Jacob Kowalski dengan kepolosan dialognya tidak berhasil mengubah tampilan suram film ini. 

Siapa Aurellius Dumbledore?

Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa Credence yang tengah sibuk mencari asal-usulnya mengira bahwa dirinya adalah keturunan Lestrange. Jika benar maka Credence adalah adik tiri Leta Lestrange. Namun yang sesungguhnya adalah bukan, Leta membantah bahwa Credence adalah adik tirinya, karena ‘adiknya’ yang sesungguhnya sudah tewas. Credence adalah bayi lain yang berhasil ditukar oleh Leta kala itu.




Plot twist tidak cukup sampai di situ saja, di akhir film Grindelwald mengatakan bahwa Credence adalah keturunan Dumbledore, Aurellius Dumbledore saudara Albus. Hal tersebut diperkuat dengan munculnya burung Phoenix yang menurut kisah hanya muncul kepada keluarga Dumbledore.  Pertanyaannya, dari keturunan Dumbledore mana Credence dilahirkan? Aurellius Dumbledore sendiri merupakan nama yang asing, tidak pernah disebutkan di film Harry Potter sebelumnya.

Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa sebenarnya Credence bukanlah keturunan Dumbledore, mengingat adegan saat Abernathy menyamar sebagai wanita tua dengan membawa sesuatu di Kementrian Sihir Paris, mungkin buku asli milik keluarga Lestrange. Jika memang benar Credence adalah keturunan Dumbledore, maka bisa saja Ia dan Albus bukan saudara kandung melainkan saudara tiri atau jauh.

Secara keseluruhan, film ini memiliki efek visual yang bagus, bahkan lebih bagus dari seri Fantastic Beast 1. Efek terasa sangat nyata, makhluk-makhluk yang ditampilkan juga sangat mewakili judul film ini, Fantastic Beast. Namun dari segi cerita, film ini terkesan lambat dan bertele-tele. Seluruh eskpetasi penonton jatuh begitu saja setelah menonton dan akhirnya kecewa, well tidak semuanya memang. Wajar saja jika di awal tulisan Saya katakan film ini khusus untuk Potterhead saja, karena J.K Rowling menjadikan film ini sebagai babak untuk mengenang dan mengingat masa lalu saja, dan ada saatnya nanti Newt Scamander dan Albus saling duel dengan Grindelwald.

Maka jika benar begitu maka kita tunggu saja 2 tahun lagi saat seri ke-3 Fantastic Beast rilis. Semoga kita semua masih bisa menyaksikan film yang rencana akan rilis November 2020 mendatang. Berharap saja akan ada duel seru dan sengit antara Newt Scamander, Albus Dumbledore dan Grindelwald, mengingat janji antara Albus dan Grindelwald bisa saja sudah dihancurkan setelah Niffler milik Newt mengambilnya.

Sebelumnya saya menulis review ini sebagai penikmat film yang sudah menikmati karya J.K Rowling sejak awal Harry Potter dirilis. Sendirinya bukanlah seorang pure blood yang mengerti segala teori, hanya seorang No Maj/Muggle yang ingin mengerti teori sambil menikmati film. Sampai jumpa, selamat bahagia.

Nox...



NB : Big sorry if there are so many mistakes. :)

all photos are taken from Google Picture.




Komentar

  1. bener deh, sebagai potterhead aja aku ngerasa agak kecewa sama hasilnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Day We Parted

                        Perempuan itu menoleh ke belakang, mendapati seorang lelaki tengah berdiri sambil tersenyum. Perlahan perempuan itu mengangkat sedikit gaunnya yang sesekali terinjak kakinya yang belum mengenakan sepatu. “Cantik banget sih?” “Bisa aja lo.” “Tapi serius deh, ga nyangka gue lo cakep kalo dandan kayak gini,” ucap lelaki itu yang perlahan berjalan mendekati sang perempuan yang masih sibuk berkaca ditemani seorang perias. “Mbak Sara, 30 menit lagi saya jemput mbak-nya ya,” ucap sang perias yang berbalas anggukan kepada perempuan bernama Sara itu. Seolah paham, bahwa 2 orang tersebut sedang butuh privasi untuk sementara waktu.             Hanya ada saling pandang dan senyuman yang canggung antara 2 orang tersebut. Padahal 4 tahun harusnya waktu yang lama untuk bisa berhenti canggung satu sama lain. “Secantik itu ya...

My Old Story

  I wrote this story based on my life story. I wrote it while listening to IU's song "My Old Story."             Hanya ada keheningan, seorang wanita paruh baya memandang ke arah 2 orang putrinya. Tatapannya yang lemah itu, pernah berhasil menakuti masa kecil kedua putrinya. Tetapi kini, bahkan tatapan lemah wanita paruh baya itu tak mampu membuat kedua putrinya untuk kembali memandangnya. “Sakila, ibu mohon tinggal sehari dulu ya disini,” ucap wanita paruh baya itu memandang ke salah 1 putrinya yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya. “Ga bisa bu, besok jam 11 aku udah harus flight ke Jakarta ada meeting sama klien,” jawab sang putri yang masih enggan menatap wajah sang Ibu. “Tiketnya apa ga bisa dijadwal ulang?” tanya sang ibu yang kini mendapat tatapan kesal dari sang putri. “Kila bisa batalin tiketnya bu, tapi kesempatan untuk ketemu klien kali ini ga datang 2 kali bu,” jawab Sakila yang berusaha meredam kekesalannya. “Mbak, lo bisa gak s...

Our Unwritten Seoul, Drama Ter-Healing se-2025

Setiap orang hidup dengan luka dan trauma masing-masing. Orangtua, saudara bahkan diri kita sendiri, terkadang masih menyangkal bahwa hidup berjalan baik-baik saja, padahal bagaimana kita menghadapi dan menjalani kehidupan yang seolah baik-baik saja ini malah menunjukkan, bahwa ada beberapa hal yang harus dan perlu dikomunikasikan. Our Unwritten Seoul adalah project drama kesekian milik Park Bo Young sebagai pemeran utama. Mengisahkan tentang sepasang saudara kembar identik, Yu Mi Rae dan Yu Mi Ji. Selayaknya saudara kandung, mereka memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Mi Ji adalah sosok ceria sedangkan Mi Rae memiliki sosok dingin dan dikenal dengan kepintarannya. Drama ini sepenuhnya berfokus dengan kisah Mi Ji selama menggantikan Mi Rae yang bekerja di Seoul. Sayangnya saya malah sangat menyukai dan merasa sangat relate dengan tokoh Mi Rae. Entah karena dia anak sulung atau kehidupannya yang memang terasa sangat nyata bagi saya. Ada masa di mana kita ingin melu...