Langsung ke konten utama

The Day We Parted

             



         Perempuan itu menoleh ke belakang, mendapati seorang lelaki tengah berdiri sambil tersenyum. Perlahan perempuan itu mengangkat sedikit gaunnya yang sesekali terinjak kakinya yang belum mengenakan sepatu.

“Cantik banget sih?”

“Bisa aja lo.”

“Tapi serius deh, ga nyangka gue lo cakep kalo dandan kayak gini,” ucap lelaki itu yang perlahan berjalan mendekati sang perempuan yang masih sibuk berkaca ditemani seorang perias.

“Mbak Sara, 30 menit lagi saya jemput mbak-nya ya,” ucap sang perias yang berbalas anggukan kepada perempuan bernama Sara itu. Seolah paham, bahwa 2 orang tersebut sedang butuh privasi untuk sementara waktu.

            Hanya ada saling pandang dan senyuman yang canggung antara 2 orang tersebut. Padahal 4 tahun harusnya waktu yang lama untuk bisa berhenti canggung satu sama lain.

“Secantik itu ya sampe lo lihat gue gitu banget?” protes Sara.

“Banget! Pangling gue Sar!”

“Apaan sih Dam, gue deg degan banget nih!” protes Sara lagi kepada lelaki bernama Sadam itu.

“Lebih deg-degan mana waktu interview Reza Rahadian face to face?” tanya Sadam

“Gila! Beda cerita lah Dam, kalo Reza Rahadian mah kelemahan gue,” jawab Sara diselingi tawa kecilnya.

“Gue mau minta maaf,” ucap Sadam tiba-tiba yang membuat tawa di wajah Sara perlahan hilang.

“Untuk apa?”

“Untuk 4 tahun kita yang sia-sia?”

“Dam. Ga ada yang sia-sia. Gue menikmati masa 4 tahun kita, dan berharap lo juga begitu,” ucap Sara.

“Sar ..”

“Dam, I let you go because I gave up.”

“Huh?”

“I let you go because you act like I should let you go!” ucap Sara dengan wajah yang serius. “I’m beside you, but the whole thing that I feel is loneliness,” lanjutnya.

“Sorry…”

“Bukan tanggung jawab gue Dam kalau lo masih belum bisa lupain Kiran,” ucap Sara. “Selama 4 tahun gue berjuang untuk bisa bikin lo cuma lihat 'gue'  for any things that you’ve done! So stop for thingking that our 4 is nothing,” lanjut Sara.

            Sadam tersenyum sambil menatap Sara, mereka saling pandang dan tersenyum dalam diam.

“Congratulations on your wedding,” ucap Sadam sambil memeluk Sara.

“Thankyou,” ucap Sara yang membalas pelukan Sadam. “Hopefully you gonna find someone way better than me,” ucap Sara diselingi tawanya.

“Of course!” jawab Sadam sambil tersenyum.

            Tak lama sang perias datang dengan langkah tergopoh namun tetap terkendali. Memperhatikan tampilan Sara, berharap riasannya tidak luntur oleh apapun.

“Aman mbak,” ucap Sara seolah paham ke-khawatiran periasnya.

“Sebentar lagi kita keluar ya, mas Bian-nya udah siap-siap mau ijab qabul,” ucap sang perias yang disambut anggukan oleh Sara.

“Gue tunggu di luar ya, sekali lagi selamat.”

            Sara kembali mengangguk sambil tersenyum pada Sadam, masa lalunya.


#end

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Movie Review : [Exhuma : Menggali Dendam Kelam Negara ]

Pertama-tama setelah menonton Exhuma, yang ingin saya ucapkan adalah Kim Goeun di layar bioskop lebih cakep daripada di layar ponsel. Kayak bingung aja gitu mau kagum sama visual atau akting dia yang sama-sama gong banget itu. Baiklah, review ini akan saya mulai dengan bismillah. Exhuma bukan sekedar film horror yang menjual jumpscare ala-ala gitu, tetap ada sisi mengejutkan yang yah cukup bisa membuat duduk para penonton menjadi gelisah. Jujur, waktu nonton ini ada perasaan gelisah yang lebih ke greget untuk fast forward ke scene berikutnya. Jika dibandingkan dengan The Wailing (2016), Exhuma masih jauh lebih mudah untuk dimengerti jalan ceritanya. Siapa yang pernah kepikiran untuk jadiin film horror berbasis sejarah Negara? Untuk mengerti alur cerita film ini, setidaknya kita harus paham dulu mengenai sejarah kelam Korea dengan Jepang.   Dari awal film dimulai, semua scene masih terasa biasa saja, tidak banyak jumpscare namun setiap scene-nya berhasil menyampaikan bahwa ‘in...

Movie Review : ‘Hampir Mati Demi Mesin Cuci’ in Target : “Don’t Buy The Seller”

               Beberapa waktu yang lalu, ada berita menghebohkan tentang seorang wanita yang melakukan terror berupa order fiktif ke mantan pacarnya. Hal tersebut dipicu karena sakit hati tidak terima hubungan mereka diputuskan secara sepihak begitu saja. Langsung saja total ratusan order fiktif dikirim ke alamat rumah sang mantan. Kurang lebih seperti ini gambaran film yang baru-baru ini saya tonton. Film berjudul Target : Don’t Buy The Seller ini dibintangi oleh Shin Hye Sun & Kim Sung Kyun. Bercerita tentang Joo Soo Hyun (Shin Hye Sun) yang membeli mesin cuci bekas melalui situs online, namun barang yang dibeli sama sekali tidak berfungsi alias rusak. Sama seperti konsumen pada umumnya, Soo Hyun langsung menghubungi pihak s eller dengan niat protes dan berharap uang kembali. Namun naas baginya, seller langsung menonaktifkan akun dan hilang begitu saja. Apakah Soo Hyun patah semangat? Tentu saja tidak. Di sela-sela kesibukannya, So...