Langsung ke konten utama

[CERPEN] - Strangers


         

a story by Fujama


   Daniel menghela nafas ketika melihat orang yang berada di hadapannya tampak tenang walau penampilannya sudah sangat berantakan. Maskara yang luntur, wajah yang kusam, rambut yang sedikit berantakan, jika itu perempuan lain mungkin sudah malu bukan kepalang, karena saat ini mereka kembali duduk berhadapan di kedai minuman.

“Aku bertemu dengannya 3 tahun lalu, kami dijodohkan.”

           Daniel memajukan duduknya dan siap mendengarkan cerita perempuan itu yang sebelumnya sempat tertunda. Ia menunggu kelanjutan cerita perempuan itu yang sedang membuang ingus dengan tisu.

“Dia keturunan asli Korea, hanya saja mendapat pekerjaan di Jepang dan kenal baik dengan orangtuaku,” lanjut perempuan itu. “Andai saja 3 tahun yang lalu aku sadar kebersediaannya untuk menjalin hubungan denganku adalah suatu keterpaksaan, pasti aku sudah bahagia sekarang,” lanjutnya lagi.

“Yu...”
“Youra, namaku Youra. Namamu siapa?” tanya perempuan itu.
“Daniel Jung.”

            Youra membelalakkan matanya, dan Ia kini mengerti alasan pria di hadapannya ini juga cukup fasih saat melanjutkan bagiannya menyanyi saat di ruang karaoke.

“Ayahku orang Korea dan Ibuku orang Jepang, aku cukup sering bolak-balik Korea-Jepang,” jelas Daniel. “Bisa kita lanjut mengenai pacarmu itu?” tanya Daniel kemudian.

“Klasik saja, dia selingkuh dan dia pintar menyembunyikan kebohongannya,” ucap Youra lalu kembali menegak segelas sake.
“Lalu darimana bisa tahu kalau pacarmu selingkuh?”

Youra menelan minumannya dengan pandangan menerawang keluar kedai. “Dia sedikit berubah, beberapa kali kudapati dia lebih sering berada di Korea belakangan ini,” ucap Youra. “Pernah aku sekali diam-diam datang ke Korea dan yang aku dapati dari perusahaan cabang Korea bilang dia tidak ada datang ke kantor selama 1 minggu,” lanjutnya.

“Itu bukan bukti yang kuat untuk mengatakan dia selingkuh,” ucap Daniel sambil menuangkan isi botol sake ke gelasnya.

Youra tersenyum sinis sambil mengambil gelas yang barus aja diisi sake oleh Daniel lalu menenggaknya. “Jika kau sangat mencintai seseorang, apapun yang dilakukan pasanganmu tanpa pernah kau diberitahu maka sebenarnya kau sudah tahu,” ucap Youra.

“Teori darimana?”
“Dariku.”
“Wah.”
“Lagipula apa yang kau harapkan dari perjodohan? Cinta yang murni? Tolong, ini dunia nyata bukan dongeng,” ucap Youra yang diakhiri dengan senyumannya.

            Mereka berdua lalu terdiam sejenak dengan pikiran masing-masing yang saling berkecamuk.

“Apa yang akan kau lakukan jika dirimu terjebak dalam suatu hubungan perselingkuhan?”

Youra langsung menoleh ke arah Daniel dan kini giliran dirinya yang tertarik dengan cerita dari lawan bicaranya.

“Pacarmu yang selingkuh atau....”
“Dalam kasusku, aku adalah selingkuhannya.”

            Youra menutup mulut dengan kedua tangannya dan tidak pernah menyangka kalau ada pria yang menjadi selingkuhan.

“Bagaimana bisa tahu?”
“Aku hanya tahu begitu saja.”
“Lalu bagaimana selanjutnya?” tanya Youra.
“Aku ingin mengakhiri hubungan itu,” jawab Daniel yang kini menenggak segelas sake dengan frustasi.
“Kau sangat mencintainya,” ucap Youra.
Daniel mengangguk dan kemudian menggelengkan kepalanya. “Aku mencintainya, tapi dia tidak rela jika harus kehilangan ‘kekasihnya’,” balas Daniel.

“Ini salah, tapi jika mendengarkannya darimu rasanya aku ikut merasakan sakitnya,” ucap Youra.

Daniel tersenyum sambil melihat Youra. “Perpisahan mana yang tidak menyakitkan?”

“Dia pacarmu?”

            Daniel mengerutkan keningnya seraya mengikuti pandangan Youra yang mengarah ke gantungan kunci miliknya.

“D untuk Daniel dan B untuk nama pacarmu?” tebak Youra saat melihat gantungan kunci berinisial D&B bergantung di tas milik Daniel.

“Ya, nama yang tidak pernah kusangka akan membuatku jatuh seperti sekarang.”

            Suasana kembali hening, Daniel dan Youra sama-sama tidak tahu jika kisah mereka sama-sama menyakitkan. Sampai akhirnya suasana hening tersebut buyar dengan deringan ponsel Youra.

~~~

“Apa akan baik-baik saja jika aku ikut menunggu di sini?”

            Daniel kini berada di pinggir trotoar jalanan bersama Youra yang sedang menunggu jemputannya.

“Harusnya baik-baik saja,” jawab Youra. “Jika dia marah karena cemburu aku minum dengan pria lain, harusnya aku senang,” lanjutnya.
“Hm?”
“Berarti dia cemburu dan dia tidak ingin melepaskanku,” jelas Youra lagi.

            Daniel mengangguk dan tersenyum mendengar ucapan Youra yang terdengar begitu berharap kekasihnya akan cemburu padanya.

“Semoga dia cemburu,” ucap Daniel.
“Semoga Tuhan mengabulkannya.”

            Tak lama sebuah Mini Cooper berwarna Merah dan hitam berhenti tepat di depan mereka. Youra menyunggingkan senyum lebarnya begitu melihat kekasihnya keluar dari mobil dan menghampirinya, senyumnya semakin lebar ketika kekasihnya itu sempat melihat ke arah Daniel dengan heran.

だれ ですか?” tanya kekasihnya dengan wajah dan suara yang sedikit kaku. (Dare desuka? = who is he?)
私の友達です!” jawab Youra dengan gembiranya. (Watashi no tomodachi desu = he is my friend).

“Daniel,” ucap Daniel sambil mengulurkan tangannya.
“Brian,” jawab kekasih Youra setelah sempat terdiam beberapa saat sebelum menerima jabatan tangan Daniel.

            Cukup lama tangan Daniel dan Brian saling menjabat, saling pandang dengan jenis tatapan yang berbeda namun suasana kaku tetap terpancar di antara mereka.

            Daniel menarik tangannya dan tersenyum kepada Youra dan Brian. Sejak awal harusnya dia sudah tahu, pertemuannya dengan Youra lebih dari sekedar dua orang asing yang tidak sengaja bertemu, karena sesungguhnya sudah lama mereka berada di satu lingkaran kisah cinta yang sama.

~~~
           The end


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Movie Review : [Exhuma : Menggali Dendam Kelam Sejarah Negara ]

Pertama-tama setelah menonton Exhuma, yang ingin saya ucapkan adalah Kim Goeun di layar bioskop lebih cakep daripada di layar ponsel. Kayak bingung aja gitu mau kagum sama visual atau akting dia yang sama-sama gong banget itu. Baiklah, review ini akan saya mulai dengan bismillah. Exhuma bukan sekedar film horror yang menjual jumpscare ala-ala gitu, tetap ada sisi mengejutkan yang yah cukup bisa membuat duduk para penonton menjadi gelisah. Jujur, waktu nonton ini ada perasaan gelisah yang lebih ke greget untuk fast forward ke scene berikutnya. Jika dibandingkan dengan The Wailing (2016), Exhuma masih jauh lebih mudah untuk dimengerti jalan ceritanya. Siapa yang pernah kepikiran untuk jadiin film horror berbasis sejarah Negara? Untuk mengerti alur cerita film ini, setidaknya kita harus paham dulu mengenai sejarah kelam Korea dengan Jepang.   Dari awal film dimulai, semua scene masih terasa biasa saja, tidak banyak jumpscare namun setiap scene-nya berhasil menyampaikan bahwa ‘ini lo

MOVIE REVIEW - JOHN WICK : CHAPTER 4

                                            JOHN WICK : CHAPTER 4 “Aksi Laga Indah, Persembahan Terakhir (?) Jonathan Wick”               Rasanya penantian saya menanti John Wick : Chapter 4 ini sangat terbayar tuntas. Selama 2 jam 49 menit, saya disuguhi aksi laga menakjubkan dengan latar belakang sinematografi yang sangat indah. Seperti melihat parade atau pameran sinematografi, sehingga sangat disarankan untuk ditonton langsung di layar bioskop untuk hasil yang memuaskan.             Jika saja John Wick ini adalah sebuah teks soal ujian, maka pertanyaan yang muncul adalah ‘Berapa sisa nyawa John Wick?’             Sudah lama menunggu sampai ditunda masa penayangan, Saya sama sekali tidak menonton trailer John Wick : Chapter 4. Demi tidak menaikkan atau menurunkan ekspetasi saya saat menontonnya nanti. Ternyata hasilnya ‘wow’ ‘wow’ ‘wow’ sepanjang film. Saya terpukau sepanjang film dengan aksi laga, cerita hingga ke akting para pemainnya.             Saya tahu bahwa Donni

Hati-Hati di Jalan

             a short story inspired by Tulus' song.                  Perempuan itu masuk ke dalam mobil sambil menepuk pelan lengannya yang sempat terkena air hujan. Di sebelahnya seorang laki-laki sudah mengulurkan handuk kecil untuknya. “Ga usah, cuma kena dikit doang,” ucap si perempuan. “Gak ketebak banget bakal hujan gini,” lanjutnya. “Biasanya kan lo si sedia payung sebelum hujan,” balas si lelaki sambil melempar handuk kecil itu lagi ke kursi belakang. “Makanya itu, gak ketebak banget cuacanya.” “Sama kayak lo,” lelaki itu langsung mendapat cibiran dari si perempuan di sebelahnya.             Perempuan itu melihat ke arah luar jendela mobil dan menghela nafas lega, karena ia tidak terkena guyuran hujan yang kala itu memang deras sekali. Ia merogoh tasnya dan langsung mengangkat panggilan ponselnya yang berdering. “Halo? Iya, gapapa aku udah di jalan juga ... iya gapapa sayang ... aku?” perempuan itu melirik ke arah lelaki di sebelahnya yang fokus menyetir. “Aku