Judul : Mulan
Tanggal Rilis : 25 Maret 2020 (seharusnya), 4 September 2020 (via Disney+)
Pemain : Liu Yifei, Donnie Yen, Gong Li, Yason An, Jet Li,
etc.
Sutradara : Niki Caro.
Film Mulan memiliki plot cerita sederhana yang ramah keluarga, karena mungkin terlalu ramah sampai beberapa scene sangat terasa loncatannya saat menuju scene selanjutnya. Bercerita tentang Mulan yang sejak lahir diberkahi ‘Qi’ (dibaca Chi) energi yang diyakini warga China sebagai ‘kekuatan spiritual’ dan kehidupan saat itu menilai jika perempuan memiliki Qi maka itu adalah aib keluarga. Hal tersebut yang mendasari Mulan terpaksa menyembunyikan kekuatannya hingga ia dewasa.
Menuju
pertengahan film, konflik sudah mulai terasa, adalah saat Bori Khan pimpinan
suku Rouran yang ingin meluluhlantakkan Kekaisaran China yang sebelumnya telah
membunuh sang Ayah. Suku Rouran dalam melancarkan aksinya dibantu oleh
seseorang wanita yang memiliki kekuatan yang sama hebatnya dengan Mulan, Gong Li
luwes sekali saat mengisi peran tersebut.
Rusuhnya keadaan
negara ditambah dengan peraturan baru Kaisar yang mengharuskan setiap 1
keluarga wajib menyerahkan 1 anggota laki-laki di keluarga tersebut. Mulan memiliki
1 Ayah dan Ibu serta adik perempuan, aksi nekatnya mengharuskannya pergi secara
diam-diam demi mengabdi kepada negara-nya yang sedang rusuh.
Bagaimana
aksi Mulan selanjutnya? Apa yang menyebabkan penyamarannya terhenti? Apa yang
akan Kekaisaran China lakukan kepadanya terkait ketidakjujurannya akan
identitas aslinya? Apakah ia dijauhi karena aibnya yang memiliki Qi? Semua Mulan
jawab sendiri dalam durasi 2 jam.
Jika
bicara secara teknis maka lepaskan dulu isu Liu Yifei dengan masalah politik
negaranya, ia cukup luwes untuk memerankan karakter Mulan. Tapi jujur saja,
Mulan bukanlah kandidat film terbaik. Plot yang dimiliki sangat sederhana dan
kurangnya eksplor dibagian pengambilan gambar sangatlah disayangkan mengingat
Mulan termasuk dalam bagian film aksi.
Namun,
jika berbicara mengenai makna maka Mulan bisa masuk ke dalam kandidat terbaik.
Walau Mulan termasuk pasrah akan kehidupannya saat itu yang mana kedudukan
tertinggi dan terhormat perempuan adalah saat dan setelah menikah, namun ia
tetap tidak terima jika perempuan dinilai lemah. Isu patriarki memang masih
kental bahkan hingga saat sekarang, Mulan mampu menunjukkan bahwa lelaki di
film tersebut tidak lemah namun setidaknya posisi perempuan tidak pula selalu
harus di bawah.
Akhir dari
film Mulan memang terlalu klasik, tapi setiap hal memang harus diambil dan
dilihat dari segala sisi. Seperti keadaan Mulan yang mengharuskannya berbohong,
tapi teman-temannya tahu ada alasan mengapa bohong menjadi pilihannya. Film ini
mungkin tidak merubah 100% pemikiran orang kebanyakan, tapi
setidaknya memberitahu bahwa perempuan juga bisa berjuang sama seperti Mulan.
*8/10 untuk Mulan dan kisahnya, 10/10 untuk kecantikan
Liu Yifei yang tiada lawan.
Komentar
Posting Komentar